Namaku Fiko. Ini cerita kedua yang aku kirim. Kali ini aku akan
bercerita tentang affairku dengan teman sekantor. Sebut saja namanya
Ria, 35th, 165cm, 60kg, 34B. Orangnya santai, periang namun kata
temen2ku dia agak sedikit judes. Aku baru sekitar 2 tahun bekerja
sekantor dengan dia, sementara dia telah 4 tahun di sana. Cerita ini
berawal dari sedikit pengetahuanku tentang komputer. Kebetulan beberapa
temenku sering beli komputer rakitan lewat aku, salah satunya Ria ini.
Singkat cerita, komputer sesuai spec yang dia ingin aku kirim ke
rumahnya, aku rakit dan aku nyalakan. Kemuadian aku suruh Ria mencoba
komputernya kalo mungkin ada yang kurang pas. Tapi dia menolak karena
ternyata (baru aku tahu) dia belum mahir mengoperasikannya. Kemudian aku
tawarkan untuk mengajarinya, dan akhirnya dia pun mau. Setelah kira2
satu jam, karena sudah jam 4 sore aku pamit pulang, tapi dia pesen kalo
dia minta aku mengajarinya. Aku terima saja karena emang sepulang kerja
aku punya 3 hari free. Sesuai jadwal aku dateng ke rumahnya sekitar
jam 2.30 siang. Dia ternyata udah siap dan berganti pakaian daster yang
agak tipis, sehingga samar2 kulihat cetakan CD dan BHnya yang berwarna
krem. Aku agak canggung karena biasanya di kantor dia memakai pakai
yang rapi dan sopan. 'Kok bengong? Ayo masuk!' katanya. Aku memang
sempat agak kaget bercampur senang karena sebagai lelaki normal tentu
saja hal membuat naluri lelakiku bangkit. Setelah masuk dan kita mulai
session pertama pelajaran komputerku, ternyata dia malah benyak
bercerita tentang kehidupannya. Baru kuketahui ternyata dia sudah
bercerai dengan suaminya 3 tahun yang lalu, dan dia sekarang hanya
tinggal di rumah dengan ibunya yang sudah berusia 65 tahunan, karena
kakak2nya yang semua cewek sudah menikah dan tinggal dengan suaminya di
luar kota. Mengetahui itu, aku mulai melancarkan seranganku dnegan
bertanya yang agak berbau seks. Tapi masih kuselingi dengan banyolan,
taku kalo dia marah. Tapi alangkah senangnya dia justru menanggapinya
dengan satai dan semakin memperdalam guyonan. Setelah sekitar satu jam
dia minta istirahat, Kemudian kupancing dia dengan memutar video bokep
'Tarzan X' yang kebetulan aku simpan di laptopku. Dia tadinya agak
malu, namun lama2 dia justru menikmati. Semakin lama kulihat perubahan
di raut mukanya. Dan berulang kali dia pamit mau ke belakang. Kemudian
dia juga seringkali menyilangkan kakinya, dna tentu saja dasternya
sedikit tersingkap dan aku bisa melihat pahanya begitu mulus dan putih.
Lama2 aku pun mulai terbawa nafsu, adik kecilku juga mulai bangun. Dan
ternyata hal itu diketahui oleh Ria. aku pun agak sediakit malu
sebelum akhirnya Riapun mulai mendesah. Dia mulai memgang pahaku yang
berada di samping pahanya karena memang kami duduk berdampingan. Aku
pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku mulai memegang tangannya
dan aku remas2. Dia pun ternyata membalas remasanku, bahkan dia mulai
berani sengaja menyentuhkan tangannya ke 'adikku' yang sudah tegang
sejak tadi. Tanpa basa-basi lagi aku mulai mencium bibirnya, namun dia
menolak karena takut ketahuan ibunya. Akhirnya dengan masih berpura2
belajar komputer aku ganti aksiku dengan mulai menyentuh payudaranya.
Begitu kenyal dan mantap aku rasakan membuat 'adikku' pun semakin
meronta pengin segera dikeluarkan. Kemudian tanganku mulai menyusup ke
balik dasternya yang tipis itu. Dia pun berani membuka resleting
celanaku kemudian merogoh 'adikku' yang sejak tadi minta diperlakukan
lebih.
Dia pun mengeluarkan 'adikku', Aku pun tak kalah, aku buka
kancing daster yang hanya dua buah, dan aku buka cup BHnya sehinga
buah dada yang putih, halus dan mantap itu pun tak sabar kucium,
kuhisap, dan kukulum-kulum putingnya yang coklat kemerah-merahan itu.
Dia pun smakin keras mengocok-ngocok 'adikku' dan mempermainkan ibu
jarinya di ujung 'helmku' yang memebuat aku semakin tak karuan.
Kamudian dia minta ijin aku untuk mencium 'adikku', namun tanpa aku
jawab dia langsung mencium ujungnya, dan perlahan dia masukkan 'adikku'
ke dalam mulutnya. Aku sendiri masih asik bermain-main dengan
pentilnya yang telah mengeras itu. Semakin lama semakin aku rasakan
desakan "lahar' panas mendorong-dorong mau keluar dari 'adikku'. Namun
aku tak mau permainan sampai disini. Ku angkat kepalannya, kemudian aku
pun berjongkok dan mulai kuturunkan CDnya. Lalu perlahan aku mulai
mencium lembah kewanitaanya yang aromanya membuat aku semakin
kesetanan. Dia ternyata rajin merawat vaginanya, bulunya pun tercukur
rapih membuat aku semakin bernafsu. Aku cari tonjolan daging kecil di
vaginanya dan mulai kujilat. Dia semakin kelonjotan ran menjambak
rambutku yang waktu itu agak sedikit panjang. Semakin keras aku sedot
semakin dia bergerak tak karuan. Dan akhirnya tak lama dia mengerang
keras samlbil menjepit kepalaku. Dan kurasakan cairan hangat membanjiri
mulutku. Ternyata baru sebentar saja dia sudah orgasme. Maklum karena
memang sudah lama dia tidak merasakan belaian lelaki. AKu pun
menghisap cairan itu dan menjilatnya sampai habis. Kemudian aku ajak
dia ke sofa di samping meja komputer. Dia menolak ketika aku mau
melepas dasternya. Akhirnya setelah dia terbaring, aku angkat kedua
kakinya dan kuletakkan di atas bahuku. Tersingkaplah daster nya, dan
perlahan aku masukkan 'adikku' yang telah berlendir ke goa kenikmatan
Ria yang ternyata masih sempit sekali. Berulang kali aku mendorong
namun aku merasa kesulitan measukkan 'adikku'. Kamudian aku jilati lagi
vaginanya, kukulum-kulm lagi klitorisnya membuat vaginanya semakin
becek kembali. Saat itulah aku kembali memasukkan 'adikku' ke liang
surgawinya. Perlahan aku dorong masuk, namun ketika baru setengahnya
dia merintih kesakitan. "aduhhhhh massss.... pelan-pelan
donkkk.....sakitttttttt.' Aku diamkan dulu sejenak. Benar-benar seperti
perawan vaginanya karena memang waktu itu dia baru setahun menikah dan
belum mempunyai anak. Setelah dia mulai tenang dia, aku kembali
mendorong 'adikku'. dan bleeesssss,,, masuklah seluruh batang
kejantananku. Bagitu hangat dan nikamt kurasakan. Sampai saat ini pun
kalo aku ingat kejadian itu aku sering horny karena sensasi yang luar
biasa aku rasakan waktu itu.. Perlahan aku mulai memompa vaginanya
dengan irama yang semakin aku naikkan.
"Sssshhhh.....aduhhhhh....fiko....sshhhhh, terrrruuussss
sayangg....aduhhhh...eeennnnaaakkk.....teerruussss...sssaaaayaaanggg....'.
Aku pun mulai mempercepat gerakanku. Begitu nikmat kurasakan jepitan
vaginanya yang seperti meremas dan menyedot 'adikku'. Sekitar 20 menit
kemudian aku merasakan kedutan-kedutan di dinding vaginanya dan
kurasakan pula remasannya semakin kuat. Aku pun keenakan sehingga aku
pun mulai mendekati titik kulminasiku. Dia pun semakin bergerak kesana
kemari tak karuan menikamati sodokan 'adikku' dan mengerang-erang keras
seperti orang kesakitan, saking kerasnya sampai aku kawatir ibunya akan
terbangun, tapi kemudian aku memasukkan jari telunjukku ke dalam
mulutnya agar dia tidak meracau, dia pun mengulumnya . Sekitar 20 menit
akhirnya kita sama-sama merasakan kenikmatan cairan hangat membanjiri
vaginanya dan menyirami 'adikku'. Crooot...crooot...crooot, sekitar 5
sampai 7 kali aku menyemprotkan laharku ke rahimnya. Akhirnya kami
berdua terkulai lemas tak berdaya. Namun baru beberapa menit kita
istirahat, dan masih sambil berpelukan, ku dengar ada suara langkah kai
mendekati ruang tengah. Aku pun meloncat bangkit menuju kamar mandi,
dan dia pun merapikan dasternya dan berpura-pura santai. Sekembali dari
kamar mandi aku mendengar ibunya mengatakan sesuatu dan menyebut
namaku. Ternyata dia dinasehatin supaya jangan 'bermain-main' denganku
karena aku sudah berkeluarga. Mungkin dia agak sedikit mengetahui
perbuatan kami. Aku pun tak peduli, toh semua sudah terlanjur. Setelah
selesai aku pun kembali ke meja komputer dan berpura-pura bertanya
pelajarannya mau dilanjutkan tidak. Ria menjawab besok kamis saja,
karena dia capek. Akhirnya aku pun pamit pulang. Di tengah perjalanan
aku sempatkan mengucapkan terima kasih lewat sms. Dia hanya menjawab :
'Sama2. Kamu guru komputer yang hebat, sayang!' Semenjak kejadian itu
kami sering mencuri-curi kesempatan ketika aku mengajarinya
mengoperasikan komputer. Namun kayaknya lebih banyak 'bermain' daripada
belajarnya, he...he..he.... Permainan kami berhenti sampai akhirnya
dia menikah dengan seorang duda tapi menjadi pengusaha toko yang cukup
sukses. Selamat tinggal Ria... Terima kasih untuk semua yang kamu
berikan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar